Sekitar 2 abad setelah Kerajaan Israel yang musyrik dan tidak
mempunyai rasa sesal digulingkan, dan seluruh penduduk dari 10 suku dideportasi
ke Assyria, Yerusalem, dan bait agung Sulaiman diratakan dengan tanah oleh
bangsa Khaldea, dan sisa-sisa keturunan suku Yudas dan Benjamin yang tidak
terbantai dipindahkan ke Babylonia. Setelah penahanan selama beberapa tahun,
bangsa Yahudi diizinkan untuk pulang ke negeri mereka dengan kewenangan penuh
untuk membangun kembali kota dan bait mereka yang telah hancur.
Ketika
fondasi-fondasi rumah Tuhan yang baru diletakkan, terjadi luapan kegembiraan dan
sambutan yang luar biasa dari umat; sementara para orang tua yang pernah
menyaksikan bait Sulaiman yang indah sebelumnya tiba-tiba hanyut dalam tangisan
pilu. Pada upacara yang khidmat inilah Yang Maha Kuasa mengutus hambaNya, Nabi
Hagai, untuk menghibur umatnya yang sedih dengan pesan penting ini:
“Aku
akan menggoncangkan segala bangsa, dan
Himda untuk semua bangsa ini akan
datang, maka Aku akan memenuhi Rumah ini dengan kemegahan, firman Tuhan semesta
alam. Kepunyaan-Kulah perak dan kepunyaan-Kulah emas, demikianlah firman Tuhan
semesta alam. Adapun Rumah ini, kemegahannya yang kemudian akan melebihi
kemegahannya yang semula, firman Tuhan semesta alam, dan di tempat ini Aku akan
memberi
Syalom, demikianlah firman Tuhan semesta alam." (Haggai 2:7-9)
[1] Saya telah menerjemahkan paragraf diatas
dari salinan alkitab yang ada pada saya, yang dipinjamkan kepada saya oleh
sepupu wanita Assyria dalam bahasa daerahnya. Tetapi, marilah kita melihat Bible
versi bahasa Inggris, yang kami dapati telah mengubah kata
himda dan
Syalom dalam bahasa Yahudi aslinya menjadi berturut-turut desire (hasrat)
dan Peace (perdamaian).
Para ahli tafsir Yahudi dan Kristen sama-sama
memberikan perhatian yang sangat besar terhadap dua janji yang terkandung dalam
nubuat diatas. Mereka memahami prediksi mesias dalam kata
Himda.
Sebenarnya, disinilah nubuat yang sangat hebat, ditegaskan melalui sumpah Tuhan
yang biasa dalam alkitab, “kata Tuhan Sabaoth” diulang-ulang 4 kali. Jika nubuat
ini dipahami dari pengertian abstrak kata
himda dan
Syalom sebagai
desire dan
peace, maka nubuat menjadi tak lebih dari sebuah
aspirasi yang tidak dapat kita pahami. Tetapi, jika kita memahami istilah himda
sebagai sebuah gagasan konkrit, sebuah gagasan pribadi dan realitas, dan kata
syalom, bukan suatu kondisi, melainkan suatu kekuatan yang hidup dan aktif dan
sebuah agama yang pasti tidak dipungkiri adanya, maka nnubuat ini pasti benar
dan terpenuhi pada sosok Ahmad dan tegaknya Islam. Karena
himda dan
Syalom-atau Sylama- persis memiliki pengertian yang sama dengan,
berturut-turut,
Ahmad dan
Islam.
Sebelum berusaha
membuktikan pemenuhan nubuat ini, ada baiknya menjelaskan dulu etimologi dari
dua kata itu sesingkat mungkin.
- Himda. Ungkapan dalam bahasa ibraninya berbunyi “……ûb ā’û
hemədat kāl-hagōwyim….” Yang secara harfiah berubah ke dalam bahasa inggris
menjadi “ and will come the Himda of all nations” (dan akan datang Himda
untuk semua bangsa). Akhiran hi dalam bahasa Ibrani, sebagaimana dalam
bahasa Arab, diubah menjadi th, atau t apabila dalam kasus
genitif. Kata “himda” berasal dari kata Ibrani –atau malah Arami- yang
tidak dipakai lagi, yaitu hmd (konsonan-konsonan yang diucapkan hamad).
Dalam bahasa Ibrani, hamad umumnya digunakan dalam arti keinginan,
kerinduan, selera, dan hasrat yang besar.
Perintah kesembilan dari
Decalogue (Sepuluh perintah) adalah : “Lo tahmod ish reikha” (janganlah
engkau merindukan istri tetanggamu) dalam bahasa Arab kata kerja hamida,
dari konsonan yang sama hmd, artinya terpuji, dan seterusnya. Apa yang
lebih terpuji dan terkenal dan paling diharapkan, dirindukan dan diinginkan?
Yang mana, dari 2 makna itu, kenyataan bahwa Ahmad dalam bentuk bahasa
Arab dan Himda tetap tak terbantahkan dan meyakinkan.
“Dan
(ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku
adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan
memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang
sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." Maka tatkala rasul itu datang kepada
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: "Ini adalah sihir
yang nyata.” (QS Ash Shaff 61:6)
Al-Qur’an menyatakan bahwa Yesus
memberitahukan kepada bangsa Israel akan kedatangan seorang rosul dari Tuhan
yang namanya adalah Ahmad. Injil Yohannes, yang ditulis dalam bahasa Yunani,
menggunakan nama Paracletos, sebuah kata yang tidak dikenal dalam literatur
Yunani klasik. Namun, Periclytos, yang persis cocok dengan Ahmad
dalam artian “amat terkenal”, “mulia”, dan “terpuji”, dalam tingkat
superlatifnya, pasti merupakan terjemahan kedalam bahasa Yunani dari kata
Himda atau mungkin dalam bentuk bahasa Arami nya yakni Hamida,
sebagaimana yang diucapkan oleh Yesus. Waduh! Sudah tidak ada kitab Injil dalam
bahasa asli yang digunkan oleh Yesus.
- Adapun mengenai etimologi dan pengertian dari kata Syalom,
Syalam¸ dan kata arab Salam, Islam, saya tidak perlu
menghambat pembaca dengan membawa-bawa kedalam uraian-uraian lingustik. Setiap
sarjana bahasa Semit mengetahui bahwa Syalom dan Islam berasal
dari satu kata yang sama dan bahwa keduanya berarti "kedamaian, ketundukan, dan
penyerahan diri".
Saya bermaksud memberikan suatu penjelasan singkat
mengenai nubuat Haggai ini. Agar dapat memahaminya dengan lebih baik, saya
kutipkan nubuat lainnya, dari Perjanjian Lama kitab Maleakhi 3:1 [2]
“Lihat, Aku menyuruh utusanKu, supaya ia
mempersiapkan jalan di hadapanKu! Dengan mendadak Tuan (Adon) yang kamu cari itu
akan masuk ke baitNya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu,
sesungguhnya, Ia datang, firman Tuhan Semesta Alam.”
Kemudian bandingkan
dengan kearifan Al-Qur’an dibawah ini.
“Maha Suci Allah, yang telah
memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari (bait Allah) Masjid Harom (di
Mekkah) ke (bait Allah) Masjid Aqsha (di Yerusalem) yang telah Kami berkahi
sekelilingnya.” (QS al-Isro :1)
Bahwa yang dimaksud orang yang datang
mendadak/ tiba-tiba ke bait Allah, seperti yang didokumentasikan oleh 2 kitab
suci diatas adalah Muhammad!, dan bukan Yesus. Maka argumen-argumen berikut
pasti cukup meyakinkan setiap peneliti yang objektif :
- Hubungan erat dan mirip antara kedua tetrogram Himda dan
Ahmad, dan identitas akar kata hmd dimana kedua kata tersebut
berasal, tidak meninggalkan keraguan bahwa subjek dalam kalimat “Dan Himda untuk
semua bangsa akan datang” adalah Ahmad (Muhammad).
Dalam Hadis yang
diriwayatkan oleh Jubair bin Muthim, bahwasanya Rasullulah SAW (Muhammad)
bersabda: "Sesungguhnya aku mempunyai banyak nama, aku adalah Muhammad, aku
adalah Ahmad, aku adalah Al-Mahiy (penghapus) yg dengan aku (maka) Allah
hapuskan segala kekufuran, aku adalah Al Hasyir (penghimpun) yg dengan aku
manusia dikumpulkan dibawah naunganku, dan aku adalah Al'Aqib
(penutup)".
Tidak ada hubungan etimologis sedikit pun antara himda
dan nama-nama lainnya seperti “Yesus” ataupun “Kristus”. Bahkan
satu konsonan pun tidak ada yang sama diantara keduanya.
- Meskipun dibuktikan bahwa bentuk bahasa Ibrani Hmdh (baca Himdah)
adalah kata benda abstrak yang berarti "keinginan, nafsu, kerinduan, dan
pujian", namun argumen tersebut lagi-lagi cocok dengan tesis kita. Karena bentuk
bahasa Ibrani tersebut, secara etimologis, justru sama dalam makna dan persis
artinya dengan bahasa arab Himdah. Makna apapun yang Anda kehendaki dari
tetrogram hmdh, hubungannya dengan Ahmad bersifat menentukan, dan
tidak ada hubungannya dengan Yesus.
Jika St. Jerome dan sebelum
dia para penulis Septuagint, telah mempertahankan seutuhnya bentuk bahasa Ibrani
Hmdh, daripada menuliskan kata latin Cupidatas atau kata Yunani
Euthymia, barangkali para penerjemah yang ditunjuk oleh Raja James I dari
Inggris juga sudah mereproduksi bentuk orisinilnya versi Bible yang disahkan,
dan Bible Society telah menyesuaikan terjemahan-terjemahan mereka kedalam bahasa
yang islami.
- Bait Zorobabel lebih agung dibandingkan Bait Sulaiman, karena sebagaimana
yang diramalkan oleh Maleakhi, Utusan Besar yang dijanjikan (Adon) akan
mengunjungi baitNya secara mendadak/ tiba-tiba, sebagaimana yang benar-benar
dilakukan pada waktu Isro-Mi’roj nabi Muhammad saw.
Bait Zorobabel
direnovasi/ dibangun kembali oleh Herod Yang Agung. Dan Yesus, tentu saja, pada
setiap kesempatan kunjungannya yang sering ke bait itu, menghormati bait itu
demi orang suci dan kehadirannya. Sudah pasti, kehadiran setiap nabi di bait
Tuhan telah menambah kemuliaan dan kesucian tempat tersebut. Tetapi setidaknya
harus diakui, bahwa kitab-kitab Injil yang merekam kunjungan-kunjungan Yesus ke
bait ini dan pengajaran-pengajaran dia didalamnya tidak menyebutkan satu pun
percakapan diantara pendengarnya. Semua kunjungannya ke bait itu konon berakhir
dalam pertengkaran sengit dengan para pendeta dan Pharisee yang tidak
beriman.
Harus juga disimpulkan bahwa Yesus bukan saja tidak membawa
“kedamaian” kedunia sebagaimana yang dinyatakannya secara sengaja dalam Matius
10:34 [3], tetapi Yesus juga meramalkan kehancuran total bait
itu dalam Matius pasal 24, yang terpenuhi sekitar 40 tahun kemudian oleh bangsa
Romawi.
- Ahmad yang merupakan bentuk lain dari nama Muhammad dan
dari akar kata serta pengertian yang sama yakni yang paling mulia, selama
perjalanan Isro-Mi’roj nya mengunjungi bait yang hancur tersebut, seperti yang
dinyatakan dalam Al-Qur’an, dan seketika itu juga, sesuai dengan hadis yang
dinyatakan berulang kali oleh nabi Muhammad kepada para sahabatnya, bahwa ia
memimpin para nabi sembahyang kepada Allah dan kemudian Allah memberkahi
sekeliling bait (di Yerusalem) itu dan menunjukkan tanda-tandaNya.
Jika
Musa dan Ilyas dapat muncul secara fisik diatas gunung perubahan bentuk, maka
mereka dan ribuan nabi semuanya dapat juga muncul disekeliling bait di
Yerusalem. Dan selama kedatangan yang mendadak sang Adon ke baitnya (Maleakhi
3:1) itulah Tuhan benar-benar mengisinya dengan keagungan (Haggai pasal
2).
Bahwa Aminah (ibu kandungnya nabi Muhammad) seorang janda dari
Abdullah (bapak kandungnya nabi Muhammad) harus menamai anaknya dengan sebuah
nama yang tidak pernah ada sebelumnya –Muhammad atau Ahmad-, kata benda yang
merupakan keajaiban besar untuk agama Islam. Khalifah Umar bin Khotob membangun
kembali bait (di Yerusalem) itu, dan Masjid yang penuh keagungan di Yerusalem
akan tetap kokoh berdiri hingga akhir zaman, adalah monumen fantastis tentang
kebenaran dan perjanjian abadi yang dibuat oleh Allah untuk Ibrahim dan Ismail
dalam kitab Kejadian 15:18 [4].
Catatan Kaki
[1] Haggai pasal tujuh dalam teks berbahasa Ibrani: (7)
wəhirə‘ašətî ’et-kāl-hagōwyim ûb ā’û hemədat kāl-hagōwyim ûmillē’tî ’et-habayit
hazzeh kāb ōwd ’āmar yəhwâ səb ā’ōwt: (8) lî hakesef wəlî hazzâāb nə’um yəhwâ
səb ā’ōwt: (9) gādōwl yihəyeh kəbōwd habayit hazzeh hā’ahărōwn min-hāri’šōwn
’āmar yəhwâ səb ā’ōwt ûb ammāqōwm hazzeh ’etēn šālōwm nə’um yəhwâ səb
ā’ōwt.
[2]
Maleakhi 3:1 dalam teks berbahasa ibrani adalah : “hinənî šōlēha malə’ākî
ûfinnâ-derek ə ləfānāy ûfitə’ōm yābōw’ ’el-hêk ālōw hā’ādōwn| ’ăšer-’atem məb
aqəšîm ûmalə’ak ə habərît ’ăšer-’atem hăfēsîm hinnēh-b ā’ ’āmar yəhwâ səb
ā’ōwt”
[3]
"Jangan kamu menyangka, bahwa aku datang untuk membawa damai di atas bumi; aku
datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.(Matius 10:34)
[4] “Pada hari itulah Tuhan mengadakan perjanjian dengan
Abram serta berfirman: "Kepada keturunanmulah Kuberikan negeri ini, mulai dari
sungai Mesir sampai ke sungai yang besar itu, sungai Efrat.” (Kejadian
15:18)
ConversionConversion EmoticonEmoticon Off Topic